Rabu, 15 Juni 2016

Penegasan judul skripsi dengan tema PENGARUH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 01 SUKOSARI



Nama : Rodiyanto 6D
Penegasan Judul
            Untuk memberi gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami skripsi yang berjudul “PENGARUH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 01 SUKOSARI, penulis perlu memberi penegasan dari pengertian istilah judul skripsi tersebut, sebagai berikut :
      1.      Pengaruh
Pengaruh menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kembang yang artinya mekar, terbuka menjadi bertambah sempurna (pribadi, pemikiran, pengetahuan) menjadi banyak. Dengan demikian bahwa Pengaruh adalah berarti perbuatan mengembangkan atau menjadikan sesuatu lebih baik atau sempurna. Maksudnya disini adalah suatu proses atau perbuatan untuk mengembangkan kinerja profesi guru agama Islam.
      2. Guru Pendidikan Agama Islam
Kata Guru Agama Islam adalah “tenaga pendidik yang mentransferkan ilmunya kepada peserta didik untuk menciptakan anak didik menjadi anak yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Allah menurut  ajaran Islam” Kemudian menurut Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama Islam adalah “Usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik /siswa agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamal;kan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai Way of life (jalan hidup)”

Jadi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah bidang studi yang diberikan kepada murid sekolah terutama yang berhubungan dengan hasil belajar, dan kemudian setelah anak tersebut telah keluar dari lembaga pendidikan dapat memahami dan mengamalkan serta menjadikan sebagai jalan kehidupan ditengah keluarga dan masyarakat.
2.        Akhlak
Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’  (hukum Islam)  maka disebut akhlak yang baik. jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik di namakan akhlak yang buruk. Kata akhlak merupakan bentuk jama dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis berarti (a) tabiat, budi pekerti, (b) kebiasaan atau adat,  (c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (d) agama, dan (e) kemarahan (al-qadah )
Dalam agama Islam akhalak dapat dibedakan menjadi dua yaitu, akhlak Mahmudah dan akhlak Mazmumah. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji seperti jujur, adil, sopan, lapang dada dan sebagainya, sedangkan akhla Mazmumah adalah akhlak yang tercela seperti berbohong, sombong, iri, dengki dan sebagainya. Jadi dapat dipahami bahwa akhlak yang harus ada pada siswa adalah akhlak yang baik dan seorang guru harus berupaya agar para siswanya terhindar dari akhlak yang tercela.

       3.        Siswa
 Setiap anak didik memiliki karakteristik berbeda, perbedaan individual anak didik dibutiri cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri dari kepribadian anak didik sebagai individu. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai seseorang yang sudah remaja. Berbicara tentang pandangan berbagai ahli, tentang masa remaja pun juga tidak ada kesatuan. Namun usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa adalah antara 13 sampai dengan 21 tahun.
Anak yang sudah berada di tingkat sekolah menengah ( SMP ), mereka mulai masuk pada masa pubertas, untuk anak laki-laki masa pubertas terjadi pada umur 12-13 tahun, sedangkan anak perempuan pada umur 13 atau 14 tahun. Jadi perkembangan anak perempuan dalam masa ini lebih lambat. Pada masa pubertas tersebut anak timbul kritik atas diri sendiri, timbul kesadaran akan kemaunnya, sadar akan tenaganya sendiri, timbul konflik dengan dunia luar dan dengan tuntuannya. Dalam priode inilah terletak Crucial Point ( titik bahaya ) yang perlu mendapatkan perhatian khusus pendidik.
            Siswa yang bermasalah biasanya menjadi bahan tambahan sekaligus sumber kepedulian utama bagi guru, bahkan, siswa yang bermasalah ini menjadi pusat kepedulian utama (major concern) para guru, administrator, orang tua, publik. Bentuk kenakalan atau perilaku menyimpang dari para siswa itu beragam mulai membuang sampah sembarangan, berisik, mencuri, merokok, berkelahi, tidak disiplin dalam belajar, sering bolos, hingga pencandu obat-obat terlarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar